Saturday, October 1, 2011

OCTOBER TO REMEMBER

1 October 2011

364 days being husband & wife. Means that tomorrow is our anniversary. Satu tahun yang lalu, saya & ilham lg pengajian dirumah masing-masing. Acara siraman yang nguras airmata. Sungkeman sama ibu, bapak, ratih. Pamitan sama keluarga. Yes, it was a sentimental day.

Banyak orang yang bilang, persiapan pernikahan itu saat-saat tegang, banyak berantem sama pasangan, musingin, dll, dll. Sebelum nikah, banyak yang pesen, ati-ati yaa, pas mau nikah itu justru banyak godaannya. Harus sabar-sabar. That description of wedding preparation is not for me. I felt so happy in preparing it. Feeling excited with each detail of it. Dari mulai milih gedung, rias pengantin & keluarga, catering, dekorasi, souvenir, undangan, pre-wedding and so many more. Alhamdulillah, ga ada hambatan yang berarti. Sempet berantem kecil waktu sebelum acara lamaran. But it passed by itself.

Saya & ilham udah kenal cukup lama. Perkenalannya & prosesi pacaran sih up & down. Putus-nyambung smp akhirnya baru pacaran serius pada akhirnya. I am not really happy to share the detail of our first day we met & the beginning of our relationship. But after all, we finally realized that we are meant to be together.

Malam itu, saya pulang kuliah & ilham jemput karena kita rencana untuk nonton bioskop di blitz, PP. karena filmnya baru mulai jam 10 malem, kita akhirnya makan dulu di urban kitchen. I didn’t thought anything different that night, until ilham asked if there is something in his teeth. I looked at his teeth & saw nothing. Suddenly something burst out from his mouth. I was pretty surprised. The ‘thing’ fell down to the floor & disappeared from our sight. Ilham start panic & trying to find the ‘thing’ that burst out from his mouth. Around 5-7 minutes searching, he got the ‘thing’ & showed it to me. A ring. Yes, it is a ring. A gold ring with a heart & diamond on it. Well now I know that the ring fell down to the floor is not a part of his plan. Looks like his plan didn’t runs as he planned it to be. But whatever, its really something to me J so that’s where our marriage plan started. The night continued with our movie plan & sure with my new feeling. I was head over heels falling in love with my man.

Ritual weekend seperti biasa. Ilham jemput saya di kosan & nganter ke bogor. Not like usual, just spending time with me, ilham formally asked my parent permission to purpose me. Saya diem-diem nguping dari atas & cekikikan sendiri ngebayangin muka tegangnya ilham. Then He got it. He got the permission. So, we start the wedding preparation.

Our first occasion was family introduction. Ilham dateng bareng semua keluarga intinya. Tentunya, Obby as a master ceremony of the occasion. Semua berjalan lancar, kecuali blow rambut saya yang aga kacau & ga sesuai harapan. Hari itu semua keluarga inti terdekat saya masih lengkap. Masih ada alm. Om diding & alm. Teh fika. It was the last family occasion having them still with us.

Setelah itu, saya & ilham mulai wedding preparation. Untuk ngindarin beda pendapat & perselisihan, kita komit dari awal kalo semua persiapan & keputusan-keputusan acara, saya yang akan mutusin. Ilham cukup duduk manis & kasih pendapat kalo ditanya. Sempet bingung juga mau mulai darimana. Tapi dapet banyak masukan dari alm. Tehfika tentang wedding preparation, yang akhirnya Alhamdulillah lancar jaya. Teteh ikutan excited nentuin gedung, tempat catering, dekorasi, rias pengantin & juga pesen-pesen sebelom nikah. Setiap saya bingung, pasti saya langsung ym-in teteh buat nanya-nanya. Thanks ya teh. Eventhough i havent got the chance to say it directly to you, but am sure you got my message. I’ll always remember you teh.

Yang pertama kita siapin itu gedung. Kita survey-survey gedung & langsung jatuh cinta dari awal sama lakeside bogor. Jadi walaupun setelah itu kita tetep datengin harmony, gumati, dll, pilihan tetep jatuh di bogor lakeside. Setelah itu saya terusin survey-survey rias penganten yang sering banget dianterin sama my bestiest Sundays. I dont know what will it be without you guys. Ga lupa juga sama ratih yang sering minjemin mobilnya buat aku bawa sendiri, padahal saat itu aku belum lancar bawa mobilnya. Thanks for believing me sist. Kok malah jadi edisi say thanks yaa, pdhl belum smp ke ujung cerita.

Next occasion was ‘lamaran-day’. Semua pasukan keluarga dibawa. Dari keluarga deket smp keluarga jauh, semua kumpul jadi satu. Emang bener kata orang, pernikahan bukan hanya menyatukan 2 pasangan, tapi juga 2 keluarga. Keluarga saya & keluarga ilham sama-sama keluarga besar. Jadilah, di hari itu semua tumplek numplek dirumah saya. Yang saya inget itu pertanyaan Obby yang pastinya jadi MC di acara itu, ”kenapa sih neng mau sama ilham?” oh-no! Not that i dont have any reason, but i felt nervous somehow i didnt found any words to answer the ’tricky’ question. Damn. Jadilah jawaban gw kedengeran so childish. Sedangkan jawaban ilham yang kayaknya well-prepared bgt. Selain lamaran, disitu kita juga adain acara seserahan. Semua barang-barang pilihan saya yang kita beli bareng sebelumnya, diserahin ke saya.

Di tengah-tengah persiapan pernikahan, tiba-tiba kita semua dapet kabar buruk. Orang yang kita semua sayang, tehfika koma & seminggu kemudian ninggalin kita semua untuk selamanya. So ironic that the person who was so excited helping me preparing my wedding, is the one who can not attend L . Sedih banget. Banget. But I know she is now in a greater place. With God. Lebaran pertama kita laluin tanpa teteh & juga om diding. Berasa banget kehilangannya. Kita semua akan selalu sayang sama teteh.

Lebaran usai, berarti hari-H tinggal sebulan lagi. H-30. mulai ngebut nyiapin hal-hal yang belum selesai. Sekali lagi, bener kata orang, kalo mau nikah banyak rejeki. Its true! Alhamdulillah (jangan julukin saya syahrini ya, karena kebanyakan ngomong Alhamdulillah!).

Then the finally-day came. 2 October 2010. The day started with the sacred tradition ceremony. Tepat jam 14.30 keluarga ilham dateng diterima oleh rombongan keluarga saya. Kita pilih di teras balkon Lakeside untuk acara akad nikah. & it is a good choice. No regret. Walaupun dipenghujung acara, tiba-tiba hujan turun. But its okay. Kalo kata orang Chinese, hujan itu bawa berkah. Insya Allah, semoga pernikahan saya & ilham bawa berkah. Dengan selesainya acara akad nikah yang ditandai dengan salaman, tuker cincin & foto klasik pasangan dengan buku nikah dipajang, means we are now HUSBAND & WIFE.

Hari itu berlanjut dengan acara resepsi. I really love all the details of the event. Kecuali siger saya yang ternyata BERAT banget. Ga pernah kebayang kalo bakal pingsan pake siger. Ternyata emang ga pingsan juga sih, tapi sempoyongan. Gimana juga ga sempoyongan nahan beban 5 kilo dikepala. Nyesel juga ga minum vitamin ato penambah tenaga sebelum acara L. Well, nothing is perfect. So, I accepted the part of the damn-siger. & I still love our day.

Hari ga berenti disitu. Saya & ilham ke novotel bogor untuk ehem, you-know-what. Kita berdua ga berenti-berenti bersyukur untuk hari itu. Kita puas banget sama acara yang kita berdua laluin.

BIG thanks to Allah the Almighty & special thanks to may family who helped us making the day happened well. & not to forgot all of my friends who participate in many of the wedding preparation.

Honeymoon. I guess I’ll wrote a separate blog regarding our honeymoon. To summarize it, it was GORGEOUS.

Talking about our first 364 almost 365 days together is so nano-nano. Masih inget kan permen nano-nano? Manis, asem, asin..ramai rasanya! Yes, that’s how I felt. I felt joy. Sadness. Laughter. Disappointment. Happy. I passed my days with all of the nano-nano feelings. But instead of the various feelings I felt each day, the only feeling I felt steady is Love. Roman picisan banget ya. But its true. Makin hari, kayaknya rasa sayang yang ada itu tumbuh makin besar & makin apa ya, makin manis. Ga mungkin saya jelasin satu persatu hal-hal yang saya suka & ga suka dari seorang ilham (well, maybe one day I will :p), but overall, God had choose the right person for me & I thank God for it. Pernikahan kami sama kayak kehidupan pernikahan pada umumnya. Pernikahan kami ga lepas juga dari masalah. Dari masalah-masalah tersebut, saya harap bisa jadi pelajaran buat kita berdua untuk ke depannya. Saya tidak tahu apa yang ada di depan kita berdua, tapi saya harap, kita berdua akan selalu bersama dalam keadaan apapun. For better for worse.

Happy first 365 days of marriage baby. Happy anniversary. Me luv U. nyaah pisan ka maneh.. *kissess*

Tuesday, August 16, 2011

Marriage Life


May 2011

Its been like years I havent got myself writing. Padahal ngakunya sih doyan nulis. Tapi nulisnya jarang cenderung ga pernah :p

Ga ada waktunya, ga dapet feel nulisnya, bingung mau nulis apa, dan sejumlah alasan lainnya yang jadi background dari kenapa-saya-ga-nulis2. Well, anyway sekarang saya lagi tiba-tiba kangen pengen nulis. Padahal bingung mau nulis apa. Jadi ya kita biarkan ngalir gitu aja ya apa yang ada di hati saya ini.

Sekarang tanggal 6 Mei 2011. Means am 6-months married. Bener banget kalo orang-orang bilang time flies, ga kerasa tiba-tiba status udah ga single lagi tapi udah married. Orang yang sekarang jadi pendamping saya adalah orang yang saya kenal hampir 5 taun yang lalu. & honestly I fell in love at the first sight with him. Well, ga bener jatuh cinta sih, tapi yang jelas naksir *icon-2-love-di-mata*. Mungkin karena saya orang yang memorize akan hal-hal kecil, makanya sampe sekarang saya masih inget detail jam, hari, dan bulan apa ketemu dia & surely incuding baju apa yang saya pake saat itu, juga baju yang dia pake. Kalau harus diceritain dari awal ketemu sampe akhirnya sekarang bisa nikah, mungkin novel The God Father juga kalah tebelnya & pastinya isinya kebanyakan curhatan dramatis saya, hehehe...

Sebenernya, waktu pacaran dulu, ga ada bayangan kalau ternyata dia itu jodoh saya. Mungkin karena kita berdua kebanyakan putus-balikan-putus-balikan juga makanya kesannya ga serius. Orang-orang di sekitar saya juga sampe capek sendiri & akhirnya malah ”up-tp-you” ga mau ikut ngurusin lagi. Dan, kalau tau proses-nya juga pasti amaze akhirnya kita berdua bisa ke jenjang pernikahan (*kata-kata itu mungkin agak berlebihan, but who cares*).

Waktu sebelom nikah, saya sempet bertanya-tanya sama orang-orang dan orang-orang pun tanpa ditanya dengan ikhlasnya tiba-tiba suka share (*antara share ato curhat beda tipis*), kehidupan pernikahan tuh gimana sih? Berapa lama sih adaptasi pernikahan? Apa aja sih yang jadi masalah buat para newly wed? Dll dll dll. Ada yang bilang ”6 bulan sampe 2 taun pertama itu taun-taun paling susah, tapi kalo udah lewat, berarti masa kritis juga udah lewat. Setelah itu, pernikahan udah tinggal saling menyesuaikan kebiasaan masing-masing aja”. Tapi, selain komentar itu, saya juga sempet denger ”kawin tuh enak 5 taun pertama aja, nanti selebihnya ya gitu-gitu aja”. Denger komentar terakhir tersebut saya langsung sibuk nyari meja, pintu, jendela ato kursi dari kayu buat ngetok 3 kali sambil bilang ”amit-amit-amit-amit”. Terus terang saya sempet baca-baca artikel majalah ato iseng-iseng buka wollipop tentang hal-hal mendasar yang menjadi permasalahan rumah tangga, beberapa diantaranya itu adalah masalah kebiasaan pasangan masing-masing yang dulu pada saat pacaran itu ga keliatan ato samar-samar alias blur (*masih inget kan kata pepatah, kalo cinta itu buta. Jadi sebenernya, mungkin pas pacaran udah keliatan benih-benih kebiasaan pasangan, tapi yah, namanya juga pacaran yah, semuanya mah kayaknya indah-indah aja. Manis-manis aja*), Nah pas nikah semakin obvious bad habbit-nya, jadilah pertengkaran. Selain itu juga tentang harapan. Banyak pasangan yang sudah menikah mengharapkan pasangannya yang notabene itu suka A- & berusaha untuk ngerubah pasangannya jadi A+. Padahal kita tau, masalah kebiasaan itu susah untuk diubah. Hmm, bentar-bentar, saya disini bukan untuk menggurui yaa (*siapa saya berani menggurui kalian yang jauh sudah lebih lama pernikahannya dibanding saya*), saya hanya mau mengungkapkan point of view saya mengenai hal-hal yang sudah saya alami dalam kehidupan pernikahan ini. Bisa bener bisa salah. Tapi harus diinget, pernikahan bukan berarti benar dan salah. Cara si A yang berhasil menghadapi pasangannya yang suka males beresin tempat tidur misalnya, bukan berarti akan berhasil kalau dipake si B ke pasangannya yang sama-sama males beresin tempat tidur. Jadi, sebenernya semua masalah itu relatif. Semuanya harus disesuaikan dengan sikap-sifat pasangan masing-masing. Lanjut lagi ke masalah-masalah yang sering dihadapi newly wed. Lainnya adalah harapan. Harapan disini maksud saya adalah, kadang kita suka berharap (*dan terpaku dengan harapan yang kita punya*) bahwa suatu saat pasangan kita ’pasti’ akan berubah. & pada saatnya pasangan kita ga berubah-berubah, ditambah emosi dalam titik klimaks, yak lalu disitulah pertengkaran demi pertengkaran mewarnai kehidupan rumah tangga. Pernah denger: ”in marriage, woman wish their husband to change and man hope their spouse not to change. It is inevitably disappointed”? Kasus-kasus lainnya itu, kebiasaan pacaran yang dibawa ke pernikahan. Kalo kebiasaan baik sih bagus, tapi kalo kebiasaan buruk mah sama aja nabung atom. Besok-besok jadi bom deh. Misalnya, dulu waktu pacaran udah kebiasaan kalo berantem jejeritan teu puguh, saling teriak satu sama lain, pas udah nikah, tetep aja gaya berantemnya kayak gitu. Wassalam deh, masing-masing jadi ngerasa ga ada penghargaan satu sama lain, yang akhirnya malah ga selese-selese berantemnya (*plus dongkol-nya jangan lupa*).

Beda pasangan beda permasalahan. Beda juga cara penanganan. Untuk saya (*yang baru 6 bulan menikah ini*), menikah itu menyenangkan. Seriously, bukan keikut-ikutan orang-orang lain yang bilang kalo menikah itu enak, indah, romantis ataupun ungkapan-ungkapan lainnya. Tapi, dari dasar hati saya yang terdalam, marriage is gorgeous J. Saya ngga bilang kalau pernikahan saya mulus tanpa pertengkaran. Ngga. Tapi pernikahan itu membawa hal-hal baik (*untuk saya & semoga untuk suami saya juga, amin*). Semenjak menikah (*walaupun baru 6 bulan*), saya merasa mata saya lebih terbuka. Saya tidak lagi melihat kehidupan hanya dari sisi luar yang ’terlihat’ tapi seimbang juga dengan sisi dalamnya. Kehidupan tetap sebuah misteri buat saya, dan kita semua. Kita tidak akan pernah tau besok, lusa, minggu depan, bulan depan atau tahun depan seperti apa. Kita ga pernah tau rencana atau harapan kita apakah akan terrealisasi atau ngga. Saya merasakan bahagia, sangat bahagia pada saat pernikahan saya, tapi sempat juga merasakan kesedihan yang tidak bisa dinilai kecil. I was pregnant for 6 weeks, but a couple week after I had a miscarriage. Waktu pertama saya tahu kalau saya hamil, saya kaget & luar biasa senang. Ga ada yang bisa menggambarkan rasa bahagia saya pada saat-saat itu. Status bbm saya saat itu: this is the greatest feeling a woman could ever have. Walaupun implicit, tapi seolah-olah saya ingin seluruh dunia tahu kebahagiaan saya. Bener kata orang-orang, sesuatu yang berlebihan itu tidak baik, termasuk juga saat ngerasa bahagia. Dont over show it. Seminggu kebahagiaan itu berjalan, tiba-tiba saya flek & divonis kalau janin tidak berkembang. Refleks, saya langsung drop. Kayaknya baru kemarin semuanya berjalan lancar. Baru beli susu hamil, cemilan-cemilan hamil, buku & majalah-majalah kehamilan, tapi tiba-tiba hari itu semua yang baru saja saya rasakan runtuh seketika. Berubah jadi perasaan takut, tegang, panik, sedih yang kesemuanya seharusnya ga boleh saya piara dalam keadaan itu. Pada saat-saat genting itu, seharusnya saya tetap positif dan semangat. Tapi saya ngga bisa mengendalikan emosi saya sendiri. Saya terus khawatir dengan keadaan yang saya alami. Ke dokter sana, ke dokter sini. Cari 2nd bahkan 3rd opinion dalam waktu seminggu. Sampe akhirnya, karena ukuran janin mengecil, akhirnya harus dikuret. Proses recovery saya cukup sebentar. 2 minggu kemudian, saya sudah mulai masuk kantor. Beraktivitas seperti biasa bukan berarti saya sudah ‘lupa’ akan kejadian itu, tapi ternyata psikis saya masih belum sembuh. Saya terus bertanya-tanya, whats my fault? Kenapa saya bisa mengalami ini. Saya sibuk googling untuk komparasi pengalaman yang saya alami dengan temen-temen lain yang senasib. Saya searching tentang semua hal yang berkaitan dengan kejadian keguguran saya. But then I realized, bukannya semakin tau jadi semakin tenang, malah semakin banyak tau bikin makin ga tenang. Ditambah dengan komentar-komentar di internet atau cerita-cerita yang konon kita ga tau bener atau ngga. Bukan bener atau ngga, tapi lebih ke sebenernya kondisinya sama atau ngga, kita ngga akan pernah tau. Akhirnya saya capek sendiri. Saya berhenti dari kegiatan googling-googling itu. Saya tersadar kalau i-like-it-or-not, i-want-it-or-not, I have to accept it. Bukan hanya saya sendiri yang mengalami kejadian yang sama. Tapi ada banyak orang diluar sana yang juga pernah mengalaminya. Sampe pada ujungnya adalah kata-kata yang paling sering saya denger ”mungkin belum rejeki. Nanti akan ada saatnya. Sabar aja ya”. Klise memang. Tapi semakin hari semakin berasa kebenerannya. Iya, mungkin belum rejeki kami untuk memiliki anak dalam pernikahan kami saat ini. Saya dan suami percaya Allah akan memberikannya pada saat yang paling tepat, yang hanya Allah yang tau kapan waktu tepatnya. Suka ketawa kecil juga kalo denger ada orang yang bilang ”disuruh pacaran lagi sama Allah”. Iyaa, iyaa.. mungkin itu juga benar. Kejadian itu sebenarnya ada hikmahnya juga untuk kami. Saya sekarang jadi lebih menjaga makanan & yang terpenting adalah lebih giat berkomunikasi dan memohon kepada Allah. Saya yakin, Allah akan mengabulkan doa kami. Kekhawatiran yang kmu simpan malah hanya akan membuat kamu semakin tidak tenang. Selain hikmah lifestyle dan keimanan, saya juga tersadar untuk menjadi lebih baik dalam hubungan antar sesama. Umur ngga ada yang tau. Jadi, selama masih diberikan waktu hidup di dunia ini, better to use it more wiser. Pengaruh juga dengan meninggalnya teh fika & ochie yang ngga disangka-sangka. Mungkin memang belum maksimal berubah, tapi at least now i always remind myself how to behave. Kalo kata orang tua, apa yang kita tanam, itu yang akan kita tuai. Ngga perlu saya jelasin lagi peribahasa itu, pasti kalian juga udah ngerti kan. Intinya, jangan jahat (baik kecil atau besar, keliatan atau ngga keliatan) sama orang lain, karena one day it will be back to you. Yang jelas, selama kamu dikasih kesempatan, do the best you can do. Keep praying to God, help others in any opportunity & don’t stop believe in God. God hears your pray & will fulfill it at the best time of God J

Tiga bulan lalu, saya menerima pesan singkat by bbm yang isinya: ”happy anniversary my wife”. Itu aja sih isinya. Tapi waktu baca pesen singkat itu, yang kebetulan pas lagi dikirim bbm saya lagi mati, jadi baru baca keesokan harinya, saya sempat terdiam beberapa detik. Suami saya bukan tipe orang yang suka melakukan hal-hal kecil seperti itu. Jadi pesan singkat seperti itu sangat berarti untuk saya.

Setiap pagi, hampir selalu saya yang bangun terlebih dulu. Dan walaupun hanya 2 menit atau kurang, saya sangat suka rutinitas saya memandangi wajah suami saya yang sedang tidur. Rasanya damai sekali. Saya menyadari bahwa kami berdua tidak lepas dari kekurangan masing-masing.

Tidak ada kehidupan yang sempurna. Orang yang paling kaya sekalipun pasti punya masalah. Orang yang bahagia adalah orang yang selalu bersyukur. Jadi, enjoy whatever happens in your life ya.. you’re not alone J

PS. Untuk suami saya kalau suatu hari baca tulisan ini, just want you to know that I am so grateful for having you in my life. Thanks for being a good husband. I love U.